Misteri Pesawat AirAsia QZ8501 dan Ratu Junjung Buih
|
Lokasi Penemuan AirAsia QZ8501 |
Pencarian korban dan badan utama pesawat
AirAsia QZ8501 yang jatuh di laut Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, belum membuahkan hasil maksimal kendati memasuki hari ke-8.
Prakiraan titik perairan jatuhnya pesawat diketahui dan kedalaman air hanya 30 sampai 40 meter, namun body pesawat dan sebagian besar penumpang belum ditemukan.
Hingga hari ke-8 masa pencarian, baru 34 jenazah dan beberapa serpihan pesawat yang ditemukan.
Padahal, pihak Badan SAR Nasional (
BASARNAS) yang memimpin operasi pencarian dan evakuasi, melansir lebih 20 kapal perang, pesawat, helikopter serta sejumlah peralatan canggih sudah dikerahkan ke lokasi yang diduga jatuhnya pesawat.
Peralatan canggih yang digunakan di antaranya, Remotely Operated Vehicles (ROV) atau robot bawah laut, Multibeam Echo Sounder, Side Scan Sonar dan Magneto Meter.
Belum lagi bantuan kapal militer, pesawat dan helikopter asing yang disertai sejumlah peralatan berteknologi canggih.
Sejumlah warga di daratan sekitar lokasi kejadian percaya, kejadian kecelakaan hingga sulitnya menemukan korban dan badan pesawat ini tak terlepas adanya makhluk gaib yang berada di perairan Karimata.
Satu per satu warga yang meyakini hal itu mendatangi Landasan Udara Iskandar, Bangkalan Bun yang difungsikan sebagai posko teknis utama pencarian.
Sebut saja Gusti Kadran. Pria tua dengan jenggot putih, kopiah hitam emas dan membawa tongkat bermata itu datang ke Lanud Iskandar pada Minggu (4/1/2015) siang.
Setiba di landasan, ia langsung menghadap Komandan Lanud Iskandar, Letnan Kolonel Penerbang Jhonson Hendrico Simatupang untuk meminta izin berdoa. Ia mengaku sebagai cucu keturunan ke-13 Kesultanan Kutaringin, Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah.
Tak lama berselang, Gusti melafalkan doa-doa dan merapal dengan menadahkan kedua tangannya.
Usai berdoa, Gusti mengutarakan maksudan tujuan dirinya berdoa.
Ia mengaku memanjatkan doa kepada Allah SWT di landasan udara karena merasa merasa terpanggil atas kesulitan yang ditemui tim BASARNAS dalam melakukan pencarian korban dan badan pesawat
AirAsia QZ8501 di laut Karimata.
"Saya selaku salah satu cucu Sultan Sukma Alamsyah yang bergelar Gusti Samudera, memohon ridho kepada Yang Maha Kuasa dan keberkahan leluhur-lehuhur kami, kesultanan yang ada di Pangkalan Bun ini, semoga nanti segala sesuatunya diberi kemudahan," ujarnya.
"Saya menitikberatkan permohonan (doa) ini hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi juga seluruh makhluk-Nya yang ada di sana. Sebab, makhluk-Nya ini (diharapkan) bisa menerima dan mengikhlaskan dan bertoleransi, meskipun ini sulit karena sebetulnya kita beda alam," imbuhnya.
Gusti meyakini kejadian jatuhnya pesawat dan sulitnya menemukan bangkai pesawat ini tak terlepas adanya 'penghuni' di Laut Karimata.
Ia menyebut nama penghuni laut Karimata dengan sebutan Ratu atau Putri Junjung Buih.
"Kalau di daerah Jawa ada Ratu Roro Kidul, kalau di Kalimantan ada yang namanya Ratu Junjung Buih. Itu ada hubungannya dengan di sana. Selain itu, karena di sini daerah kesultanan, tentunya tidak terlepas dengan adat istiadat dan budaya," kata Gusti.
Ia mengaku sudah kontak batin dengan penunggu laut Karimata saat prosesi doa dan melapal tersebut. Ia berharap ada hasil positif. "Meskipun nanti ada yang belum sesuai dengan kita inginkan, yah memang seharusnya bisa langsung ke lokasi, karena itu justu yang jauh lebih penting," ungkapnya.
Gusti mempersilakan tak masalah dengan pihak lain yang ragu adanya keterkaitan kejadian pesawat
AirAsia QZ8501 ini dengan makhluk gaib di Laut Karimata.
Ia yakin adanya alam nyata dan alam gaib karena juga disampaikan dalam Surat Al-Baqarah.
"Memang terkadang di sini cuaca cerah. Tapi, kita jangan mengandalkan kekuatan manusia. Manusia hanya berencana dan berusaha, tetapi tetap yang menentukan yang di sana (Tuhan)," ucap Gusti.
"Yang lebih penting, kita tidak boleh hanya mengandalkan kekuatan alam nyata saja, tapi perlu mengadalkan kekuatan gaib. Karena ini lebih dominan yang menguasai alam ini. Yah mereka (penunggu laut Karimata) lebih dulu dari kita. Terus terang saja, mereka lebih tua dari kita ini," sambungnya.
Ia mengharap semua pihak memetik pelajaran atas kejadian ini untuk tetap mennghormti dan menghargai nilai dan kepercayaan masyarakat suatu daerah. "Iya ada (ritual) seperti ini kalau ada kejadian serupa. Meskipun di sini daerah kesultanan, kami selalu menjunjung tinggi hal itu. Artinya, keyakinan itu jauh lebih penting dan diutamakan. Mudah-mudahan, insya Allah hari ini dimudahkan," tukasnya.
Letkol (Pnb) Jhonson Hendrico Simatupang mengatakan, pencarian pesawat AirAsia yang dilakukan tim gabungan ini mempertimbangkan seluruh aspek, termasuk keyakinan dan kearifan lokal. Karena itu, dirinya terbuka menerima kehadiran Gusti Kandar yang ingin membantu dengan cara berdoa di lanudnya.
"Semua aspek dipertimbangkan. Namanya kita hidup di dunia ini, selain dunia nyata ini ada dunia lain. Tapi, Pak Gusti Kadran itu memang keturunan kesultanan di sini. Saya tanya Anda, apa Anda percaya tidak?" ujar Jhonson.
Sementara itu, Pangeran Muasjidinsyah yang merupakan anak Sultan ke-XIII Kesultanan Kutaringin menyarankan, pihak BASARNAS selaku pimpinan pencarian untuk melibatkan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di pesisir sekitar jatuhnya pesawat.
"Jangan lupa dengan jasa para nelayan. Mereka juga rakyat Indonesia. Mereka ini juga lahir dan mencari penghidupan di sana. Kenapa tidak dilibatkan," kata Muasjidinsyah.
Pangeran Muasjidinsyah yang dikenal dengan panggilan Ama tersebut juga menyarankan, agar tim pencari tidak melupakan adat istiadat yang ada di Kalimantan, seperti yang menggunakan ritual adat dalam setiap kegiatan di laut.
Ia menegaskan, dirinya menginginkan operasi pencarian jenazah dan badan pesawat QZ8501 bisa berhasil. Namun, ia pun mengingatkan agar semua pihak tetap menjaga kearifan lokal.
"Jadi, kesemuanya harus seimbang, teknologi, religi dan doa, juga adat istiadat. Mudah-mudahan kalau semua cara sudah dicoba, badan pesawat dan seluruh jenazah bisa ditemukan," ujarnya.
Bupati Kotawaringin Barat, Ujang Iskandar, juga mempercayai adanya 'penunggu' di lokasi jatuhnya pesawat
AirAsia QZ8501. Karena itu, ia menyampaikan perlunya ritual larungan di titik pencarian untuk membantu menemukan jenazah dan body pesawat.
"Di laut ada makhluk yang menjaga. Jadi mereka meminta ijin agar yang menjaga laut membantu menemukan badan pesawat
Air Asia QZ8501," kata Ujang.
Ujang selaku bupati mengaku telah meminta kepada kelompok nelayan tradisional yang berasal dari pesisir Teluk Kumai untuk membantu proses pencarian. Direncanakan, 15 nelayan tradisional dengan tiga perahu nelayan ukuran besar yang bisa menahan laju gelombang laut akan ke titik pencarian pada Sabtu (3/1/2014) dini hari ini.
Mereka akan melakukan pencarian korban dan badan pesawat dengan melakukan ritual larungan terlebih dahulu.
"Mereka bukan orang biasa. Bahkan biasa menyelam di kedalaman 50 meter. Mereka sering menimbulkan kapal besar yang tenggelam. Saya meyakini mereka untuk bisa menemukan badan pesawat," ujarnya.
Menurutnya, ritual larungan dilakukan nelayan atau warga sebelum melakukan penyelaman.
Prosesi ritual larungan dilakukan dengan cara memberi sejumlah makanan sesajian untuk penguasa laut setempat. Sesajian itu di antaranya telur ayam kampung yang dirabun, beras kuning di laut, ayam kampung yang dirabun, gaharu serupa dupa dan tembakau linting.
Ujang mengaku pernah mencoba ritual ralungan tersebut saat kapal tongkang miliknya terjebak di lumpur laut Karimata.
Dan hasilnya ternyata berhasil.
"Saya coba tarik menggunakan tugboat pakai tali sleink yang terbuat dari baja, tapi tidak bisa. Setelah dibantu mereka, lalu ritual, ternyata enteng banget dan kapal saya langsung bisa meluncur. Masyarakat di sini juga tahu," tuturnya.
Komandan Kodim 1014 Pangkalan Bun, Letnan Kolonel (Inf) Suparman pada Sabtu (3/1) siang sudah mendatangkan seorang warga dari Sungai Umbang, Asri Izam ke Posko Evakuasi Pesawat
QZ8501 di Pelabuhan Kumai.
Asri dikenal warga sebagai orang yang punya kemampuan membantu pencarian kapal hingga pesawat yang 'disembunyikan' di bawah laut Karimata.
"Itu (lokasi pesawat) masih tertutup. Namanya alam, ada yang gaib. Harus percaya. Makhluk gaib juga ciptaan Allah," kata Suparman.
Menurut Suparman, pengetahuan masyarakat lokal tidak boleh diremehkan. Apalagi, justru nelayan lokal yang awal kali memberikan informasi tentang dugaan lokasi jatuhnya pesawat.
Sesajian di atas tiga tampah pun terhampar di meja posko.
Di atas tampah terdapat t
Sejumlah telur ayam kampung yang dirabun, beras kuning di laut, ayam kampung yang dirabun, gaharu serupa dupa hingga tembakau linting terhampar di atas tiga tampah beralas kain putih bertuliskan 'Lam Alif'. Lima bendera dari kertas minyak tertancap di atas makanan sesajian itu
Sesajian di atas tiga tampah pun terhampar di meja posko. "Ini kepercayaan ninik datuk laut supaya mereka bisa memberi keterangan," ujar Asri Izam.
Rencananya, ritual ralungan yang digagas Dandim ini akan dilaksanakan di laut Karimata pada Minggu (4/1/2014) menjelang tengah malam.
Seorang warga Pangkalan Bun bernama Mudatsiruddin juga mendatangi Lanud Iskandar pada Jumat (2/1/2014).
Pria yang sudah tinggal 17 tahun di Pangkalan Bun datang ke Lanud Iskandar bersama seorang ustad asal Pondok Cabe, Tangerang, Banten.
Mudatsiruddin mengaku sudah banyak warga yang bercerita padanya tentang kemistisan Laut Karimata.
"Kalau saya mengisi pengajian, banyak ibu-ibu yang cerita kemistisan laut di Kumai," ujarnya.
Dari warga, ia mendapatkan cerita adanya makhluk halus yang menunggu laut tersebut. Makhluk tersebut kerap menganggu, baik nelayan atau pesawat yang terbang di atas perairan tersebut. Dan saat terjadi kecelakaan kapal, perahu atau pun pesawat, warga pun menggelar ritual ralungan.
"Ada saja ibu-ibu yang cerita seperti itu, mereka cerita banyak tentang mahkluk halus yang menganggu nelayan," ujarnya.
Meski begitu, ia mengharapkan masyarakat tidak mempercayai begitu saja karena bisa syirik. "Supaya tidak syirik," pintanya.
Sumber :
tribunnews.com